Pages

Monday, March 26, 2012

the day when the tears couldn't stop flowing...

tamami pushi' bloody accident...
26 maret 2011
saat itu aku sedang bermain di luar bersamanya...
lalu ia sembunyi di bawah motor
ayolah... kau tau bahwa itu terlalu bahaya untuk berada disana
aku pun memindahkannya ke ayunan kesayangannya..
membiarkannya berbaring nyaman disana...
aku masuk ke dalam rumah dan mulai sibuk dengan urusanku
kedua orang tuaku bersiap untuk pergi belanja
mereka keluar untuk mengambil motor
seketika terdengar suara teriakan ibuku...
aku terhentak...
entahlah... tapi feelingku sangat buruk
seketika aku teringat tamami yg tadi berada di bawah motor
ah tidak... aku kan sudah memindahkannya
tapi aku benar benar takut...
apa yg sebenarnya terjadi??
kakiku melangkah perlahan ke luar...
perasaanku makin tidak baik
aku terus memikirkan tamami....
saat aku keluar... "kenapa?"
"yaampun ini..."
mataku terbelalak melihat kucing kecil itu mengeluarkan begitu banyak darah
lantai di bawah motor sudah berwarna merah penuh darah
kucing kecil itu tak berhenti menangis dan berguling guling sambil dipegangi ibuku
ayahku menstandar motor dan ikut mengurus kucing kecil itu yg tak lain adalah tamami pushi...
aku hanya melihat dan memperhatikan...
berdiri kaku di teras rumah yang dingin itu
kurasakan mataku mulai basah..
setelah cukup lama barulah adikku keluar
ibuku menjelaskan perlahan lahan apa yg terjadi
saat ayahku memundurkan motor dan ternyata tamami ada di bawahnya
dan begitu saja ia terlindas oleh roda motor itu...
lalu ia berguling dan terjatuh ke parit kecil yang kering tak jauh dari sana
aku dan adikku terduduk diam dibalik motor...
air mata mulai mengalir tak henti dari mataku dan adikku...
aku tak habis pikir....
kenapa ia disana?
kenapa ia harus kembali kesana?
bukannkah aku sudah menaruhnya di ayunan yg nyaman itu?
dan lagi...
biasanya ayahku selalu melihat dan memeriksa ke bawah motor untuk memastikan tamami tidak disana...
tapi kenapa kali ini tidak?
kenapa bisa begini?
semuanya seolah sudah ditakdirkan berjalan seperti itu...
ayah ibuku yang tadinya sangat tidak suka aku memelihara kucing pun kini sangat sedih...
"ya gimana... namanya udah biasa ada dia... tiap hari kita kasih makan.. tiap pagi dia ngeong ngeong teriak bangunin kita.... suka nggak suka juga kalo dia kenapa kenapa pasti sedih juga"
begitulah kata ibuku dengan wajah hampir menangis...
air mata mengalir makin deras...
ayahku terus mencoba menghentikan darah yg keluar terutama dari hidungnya...
rasanya ia susah sekali untuk bernafas
kami pun membawanya ke dalam rumah
biasanya ia selalu tidur di luar rumah bersama abu.. kucing lainnya
kami memberinya tempat yang hangat....
kata ayah dan ibuku.. asal dia bisa bertahan hidup sampai besok pagi itu sudah sangat bagus.....
aku tidak berani tidur..
aku terus menemaninya disampingnya...
memastikan ia masih bernafas dengan hidung kecilnya itu....
aku terus disana...
menemaninya...

0 comments:

Post a Comment